|
Situs Berita Kristen PLewi.Net -Penggunaan Bahasa Indonesia Mengalami Degradasi
|  |
Jum'at, 21 Agustus 2009 00:00:00 Penggunaan Bahasa Indonesia Mengalami Degradasi JAKARTA, KOMPAS.com -
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dari tahun ke tahun mengalami degradasi. Degradasi penggunaan bahasa Indonesia
tidak hanya dilihat dari rendahnya siswa dan guru dalam melakukan interaksi proses pembelajaran di kelas, melainkan juga
rendahnya hasil ujian nasional (UN) bahasa Indonesia bagi siswa dan uji kemahiran bahasa Indonesia (UKBI) bagi
guru.
Kenyataan yang ironik itu diungkapkan Rektor Universitas Muhammadyah Prof Dr Hamka (Uhamka), Suyatno, ketika
menyampaikan orasi ilmiah saat ia dikukuhkan sebagai guru besar bidang ilmu pendidikan bahasa, Kamis (20/8) di kampus Uhamka,
Jakarta. Selain Suyatno, dua dosen lain yang dikukuhkan sebagai guru besar adalah Abdul Mad jid Latief bidang Ilmu Administrasi
Pendidikan dan Sylviana Murni bidang manajemen pendidikan.
Dalam orasi berjudul Bahasa Indonesia sebagai Sarana
Pengembangan Guru Profesional , Suyatno menampilkan data terkini. Data laporan hasil ujian nasional SMP negeri dan swasta tahun
2008/2009 secara nasional , dari 3.441.815 orang peserta UN, peserta yang rentang nilainya 7,00 sampai 7,99 hanya 32,86 persen
atau 1.131.121 peserta. Yang memperoleh nilai 10 hanya 0,02 persen (834 orang).
Sedangkan di tingkat SMA/MA hasil UN
tahun 2008/2008, yang rentang nilainya 7,00 7, 99 adalah 40,6 persen atau 252.460 (jurusan IPA), 28,2 persen atau 240.815
(jurusan IPS), dan 30,7 persen atau 13.445 (jurusan bahasa). Yang meraih nilai 10 di jurusan IPA dan IPS tidak ada, sedangkan
di jurusan bahasa ada 6 orang dari 43.688 peserta ujian. Untuk nilai bahasa Indonesia 0,01 sampai 5,99 cukup signifikan
besarnya, yaitu 17,26 persen untuk jurusan IPA, 32,53 persen IPS dan 23,2 persen untuk jurusan bahasa.
Tidak hanya
kemampuan berbahasa Indonesia anak didik yang rendah. Kemampuan bahasa Indonesia para guru juga rendah. Dari uji kemahiran
bahasa Indonesia oleh Pusat Bahasa Depdiknas tahun 2008, dari 100 sampel hasil tes UKBI guru, hanya 9 orang dalam peringkat
unggul, 49 madya, 41 semenjana, dan 1 marginal. Tidak ada predikat istimewa (816-900) dan sangat unggul
(717-815).
Menurut Suyatno, rendahnya kemampuan berbahasa Indonesia akan sangat berdampak pada rendahnya kemampuan
membaca dan kemampuan menulis. "Sangat jarang ditemukan siswa atau pun guru yang memiliki karya tulis yang berbobot dan
memiliki nilai ilmiah dengan kualitas bahasa Indonesia yang tinggi," katanya.
Menurut pandangan Suyatno, guru-guru
sekarang dan akan datang seharusnya berada pada minimal tingkatan madya (skor 465-592) agar dapat berdampak pada pembelajaran
bahasa Indonesia yang menyenangkan dan mampu meningkatkan nilai UN bahasa Indonesia yang akan datang, sekaligus mengefektifkan
proses pembelajaran yang ada.
"Seyogianya, kemampuan bahasa Indonesia yang baik atau unggul tidak hanya dimiliki
guru-guru bahasa Indonesia, tapi juga guru-guru di luar bidang studi bahasa Indonesia. Mereka sejatinya juga Pembina bahasa
Indonesia, sebab bahasa pengantar pembelajarannya menggunakan bahasa Indonesia," tambah Suyatno.
Sementara itu,
Abdul Madjid Latief dalam orasi ilmiahnya mengatakan, keberhasilan pembelajar organisasi dan organisasi pembelajar pada
perguruan tinggi yang serius, implikasinya akan menciptakan mutu layanan akademik sebagai kebutuhan nilai ha rapan konsumen
pengguna jasa pendidikan, yang pada akhirnya berdampak pada organisasi pendidikan tinggi yang akan merncapai keunggulan dalam
persaingan.
Pada dasarnya ukuran nilai harapan konsumen pengguna jasa pendidikan terletak pada kinerja mutu layanan
akademik. Mutu layanan akademik memegang peranan sangat penting dalam upaya memenangkan persaingan. "Meningkatkan persaingan
suatu perguruan tinggi adalah menciptakan keunggulan berbasis organisasi pelajar," katanya.
Sylviana Murni yang
memaparkan Manajemen Pendidikan Berbasis (e-Learning) dalam Menyiapkan Sumber Daya Manusia Handal Menuju Terciptanya Clean and
Good Governance mengatakan, peningkatan kualitas hidup semakin menuntut manusia untuk melakukan berbagai aktivitas yang
dibutuhkan dengan mengoptimalkan sumber daya yang dimilikinya. Teknologi informasi dan komunikasi yang perkembangannya begitu
cepat, secara tidak langsung mengharu skan untuk menggunakannya dalam segala aktivitas.
"Dengan e-leraning sebagai
bridging menciptakan sumber daya manusia berkualitas, profesional atau handal adalah salah satu modal utama terwujudnya clean
dan good governance,"
ujarnya.(MW)
sumber:
http://edukasi.kompas.com/read/xml/2009/08/20/19481578/penggunaan.bahasa.indonesia.mengala
mi.degradasidilihat : 560 kali |
| |