|
Situs Berita Kristen PLewi.Net -Perselisihan
|  |
Rabu, 09 Juli 2008 00:00:00 Perselisihan Sebagai balasan terhadap kasihku mereka menuduh aku, sedang aku
mendoakan mereka. Mereka membalas kejahatan kepadaku ganti kebaikan dan kebencian ganti kasihku.
(Mazmur 109 : 4 –
5)
Ada sejumlah orang yang menyikapi perbedaan pola pandang antara mereka dengan orang lain, melalui upaya membangun
opini publik, yang diciptakan sebagai sebuah keinginan untuk membenarkan keputusan yang telah diambil atau pernyataan yang
pernah mereka ucapkan, meskipun mereka sadari, kalau keputusan atau pernyataan itu merupakan sebuah kesalahan, layaknya
menyakiti hati serta perasaan orang lain.
Ketika upaya untuk melukai hati dan perasaan orang lain terjadi, sebuah
perselisihan antara dua pribadi yang bertentangan sikap, terkadang sulit untuk bisa dihindari agar tidak terjadi. Bahkan, dalam
beberapa peristiwa, perselisihan yang terjadi, berakhir dengan sikap permusuhan pada pihak-pihak yang
berselisih.
Pada situasi atau keadaan tertentu, sebuah perbedaan pendapat diantara dua orang, sangat dimungkinkan
berakhir dengan adanya perselisihan, apabila masing-masing pihak tidak mencoba untuk menahan diri untuk mengungkapkan hal-hal
yang diluar konteks logika berpikir manusia yang seharusnya, atau mengucapkan hal-hal yang bisa menyakiti agar tidak
menimbulkan pertentangan sikap diantara mereka yang berbeda pendapat.
Dalam kondiri atau keadaan tertentu, memang
tidak dapat dihindari kalau seseorang bisa membuat sebuah keputusan yang bertentangan dengan kebesaran hati nurani, lalu
membiarkan dirinya terbawa arus emosi.
Pada dasarnya, sebuah perselisihan memang menghadirkan suatu keadaan yang
tidak menyenangkan bagi pihak-pihak yang sedang mengalaminya. Kondisi yang biasanya dirasakan adalah : adanya amarah, adanya
rasa kesal, kecewa, dan sedih.
Sejumlah karakter manusia yang muncul kalau diri seseorang dalam posisi tertekan
tersebut, apabila tidak disikapi dengan bijaksana, akan menimbulkan keadaan dimana masing-masing pihak dianggap telah mencoba
bertindak untuk saling menyudutkan, meskipun apabila diinginkan, adanya niat baik bisa mendamaikan hati serta pikiran pada
masing-masing pihak.
Sebagai bagian dari kelompok masyarakat terdidik, menyakiti hati dan perasaan orang lain,
bukanlah suatu keadaan yang bisa dibenarkan, apalagi kalau pernyataan tidak menyenangkan itu diungkapkan sebagai upaya untuk
merendahkan orang lain. Marah boleh, memaki-maki, jangan.
Masyarakat intelektual seharusnya tahu bagaimana cara
menempatkan diri, terutama untuk tidak memposisikan adanya suatu tindakan untuk menyakiti hati serta perasaan orang lain
sebagai sebuah langkah untuk menciptakan rasa nyaman bagi diri sendiri.
Nabi Yeremia mengatakan, meskipun seseorang
telah memiliki pengetahuan sangat baik akan isi Firman Tuhan, namun masih sangat dimungkinkan kalau sejumlah anak Tuhan, masih
mampu bertindak untuk melukai hati dan perasaan orang lain tanpa ada sikap menyesal.
Pada beberapa pribadi manusia, tidak
adanya sikap menyesali perbuatan yang telah menyakiti hati dan perasaan orang lain, bahkan ditunjukkan dengan membangun opini
publik, terutama kepada individu atau kelompok masyarakat tertentu yang dianggap bersahabat namun mereka tidaklah mengetahui
dengan baik bagaimana kondisi atau permasalahan yang sesungguhnya terjadi.
Adanya upaya membangun opini publik
tersebut dilakukan, tidak lain adalah untuk mendapatkan dukungan moral maupun rasa simpati dari orang lain, dimana akumulasi
dari besarnya dukungan serta rasa simpati tersebut, dianggap sebagai sebuah pendapat yang bisa dipakai sebagai sebuah
argumentasi untuk melegalkan adanya perbuatan tidak menyenangkan yang telah dilakukan.
Sebuah kepahitan yang telah
ditancapkan, telah menghalangi adanya suatu niat, untuk menjaga baiknya sebuah hubungan komunikasi, karena sikap egois lebih
mengemuka dibandingkan sebuah keinginan untuk menyelesaikan masalah.
Harmonisasi keadaan tidak tercipta, karena
adanya upaya pembenaran atas sesuatu hal yang salah. Besarnya keinginan maupun ego pribadi manusia untuk selalu bisa merasa
nyaman dalam setiap langkah kehidupan, (meskipun tidak diucapkan) telah menjadi alasan pokok, kenapa nilai-nilai pembenaran
dihadirkan.
Pembenaran merupakan sebuah sikap yang bertentangan dengan prinsip kebenaran, karena ada kecenderungan,
pernyataan bernada pembenaran, dinyatakan sebagai dalih untuk membenarkan sebuah perbuatan salah.
Dalam sejumlah
peristiwa, nilai-nilai pembenaran dinyatakan untuk menutupi adanya kelemahan yang timbul karena tidak terpenuhinya sejumlah
keinginan mendasar, yang dinilai sangat berpotensi untuk mengendalikan keadaan, namun kini disadari, telah berubah menjadi
tidak lagi nyaman dan menghadirkan tekanan besar dari pihak luar.
Semakin didegradasikannya nilai-nilai kebenaran
oleh adanya sejumlah pernyataan yang mendukung adanya argumentasi untuk maksud pembenaran, diakui atau tidak, memang telah
menciptakan kondisi yang tidak nyaman kepada diri seseorang yang telah mengeluarkan statement untuk maksud pembenaran
tersebut.
Oleh karena itu, suatu kualitas pemikiran tertentu dibangun agar sebuah pengakuan rasa bersalah, tidak
harus diucapkan atau dinyatakan. Pada saat itu terjadi, seseorang telah berhasil membiaskan permasalahan dan mencoba untuk
melupakannya.
Masalahnya, banyak orang yang cenderung lebih memilih untuk menikmati keadaan tidak nyaman, karena
diri mereka enggan untuk mengakui adanya sebuah kesalahan.
Dalam kondisi atau keadaan tertentu, perbuatan melukai
hati dan perasaan orang lain itu memang tidak dapat dihindari.
Kondisi ini dapat terjadi oleh karena 2 hal : ingin
melindungi suatu kepentingan yang lebih besar, atau karena kekuatan sikap egois cenderung lebih mendominasi benak pikiran
seseorang.
Adanya suatu kepentingan tertentu, serta adanya suatu pemikiran yang dilandasi sikap egois, memang
mampu membuat seseorang menyampaikan pernyataan yang tidak menyenangkan, termasuk didalamnya, keluarnya ucapan yang bisa
menyakiti hati dan perasaan orang lain.
Konsep berpikir demikian, merupakan sebuah contoh yang ingin mengatakan,
bahwa sebaik apapun karakter dan kepribadian seseorang, masih sangat dimungkinkan kalau seseorang itu akan sanggup untuk
bertindak tanpa perasaan.
Situasi itu seharusnya bisa dihindari terjadi apabila salah satu ataupun masing-masing
pihak menyadari, kalau perselisihan yang ada, tidak akan membuat masalah selesai dan konflik tidak berkembang pada adanya upaya
untuk saling menyakiti satu dengan yang lainnya.
Tidak ada perselisihan yang berakhir dengan kedamaian, apalagi
kalau setiap pihak tetap berupaya untuk membangkitkan amarah maupun rasa kesal orang lain, karena besarnya keinginan untuk
mempertahankan pendapat, hal-hal prinsip, atau ego dari dalam diri salah satu maupun masing-masing pihak.
Segala
sesuatunya masih bisa dikompromikan, dan seluruh perbedaan pendapat masih bisa dicarikan solusi untuk mendapat titik temu
pemecahan permasalahan.
Setiap pribadi manusia harus menyadari, kalau kebenaran itu adalah sesuatu hal yang harus
tetap dinyatakan dan selayaknya terus dijadikan sebagai sebuah konsep berpikir benar, dalam situasi maupun keadaan apapun.
Patut pula untuk diingat, bahwa apapun alasan-alasan yang dikemukan untuk maksud pembenaran, tidak akan mendorong
suatu keadaan menjadi lebih baik, namun tetap berada pada posisi saling bertentangan.
Gunakan nurani untuk berkata
benar, karena sesungguhnya, hati nurani tidak pernah bergairah untuk berpikir maupun membenarkan adanya tindakan untuk
melakukan sesuatu hal yang salah.
Dendam… Haruskah diri seseorang menggelorakan bara api dendam didalam hatinya
kepada orang lain, yang sesungguhnya telah banyak membantu diri seseorang tersebut untuk dapat merasakan adanya kehidupan yang
lebih baik dari sebelumnya?
Tidak, sekali-kali pun, jangan… Janganlah kita membiarkan bara sekam menjadi api yang
berkobar-kobar hingga akhirnya kita sendiri harus mengalami kesulitan untuk memadamkan kobaran api itu.
Hiduplah
dalam perdamaian. Janganlah masing-masing kita, biarkan diri ini berselisih dengan orang lain. Jangan biarkan emosi memenuhi
hati dan benak pikiran kita. Dan jangan biarkan, kata-kata yang bisa menyakiti hati serta perasaan orang lain, mengalir dari
mulut kita.
Hentikan segenap kepalsuan yang dinyatakan karena adanya pemikiran untuk maksud pembenaran suatu hal
atau keadaan yang salah dan pernah kita lakukan, karena tidak ada kebenaran didalam setiap upaya
pembenaran.
Sekarang, bila keadaan itu telah terjadi, berdamailah, hentikan perselisihan dengan saling
bermaaf-maafan, karena tidak ada guna memendam rasa amarah atau kekesalan di dalam hati.
Kiranya Tuhan yang teramat
baik, menolong kita untuk menjalani hari-hari dalam hidup ini, untuk bertindak benar serta tidak menimbulkan perselisihan
dengan orang lain, apapun bentuknya.
Tuhan memberkati kita semua.
Teriring salam dan doa
saya,
.Sarlen Julfree Manurung
Penulis dan Moderator Milis Pustakalewidilihat : 556 kali |
| |