|
Situs Berita Kristen PLewi.Net -Abah, kembalikan tangan Ita....
|  |
Sabtu, 16 September 2006 00:00:00 Abah, kembalikan tangan Ita.... Sepasang suami isteri - seperti pasangan lain di kota-kota besar
meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah semasa keluar bekerja. Anak
tunggal pasangan ini, perempuan berusia tiga setengah tahun.
Bersendirian di rumah dia kerap dibiarkan pembantunya yang sibuk bekerja
bermain diluar, tetapi pintu pagar tetap dikunci. Bermainlah dia sama
ada berayun-ayun di atas buaian yang dibeli bapanya ataupun memetik
bunga raya, bunga kertas dan lain-lain di halaman rumahnya.
Suatu hari dia melihat sebatang paku karat.
Dia pun mencoret semen tempat mobil ayahnya diparkirkan tetapi kerana
lantainya terbuat dari marmer, coretan tidak kelihatan. Dicobanya pada
mobil baru ayahnya.
Ya...kerana mobil itu bewarna gelap, coretannya tampak jelas. Apa lagi
kanak-kanak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya. Hari
itu bapak dan ibunya bermotor ke tempat kerja kerana macet ada perayaan
Thaipusam.
Setelah penuh coretan yg sebelah kanan dia beralih ke sebelah kiri
mobil.
Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam,
kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya.
Kejadian itu berlangsung tanpa disadari si pembantu rumah. Pulang petang
itu, terkejut pasangan itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan
bayaran angsuran. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus
menjerit, "Kerjaan siapa ini?"
Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu berlari keluar. Dia
juga beristighfar. Mukanya merah padam ketakutan lebih2 melihat wajah
bengis tuannya.
Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan
'Tak tahu...!"
"kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?" hardik si isteri
lagi.
Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari
kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata "Ita yg membuat itu
abahhh...cantik kan!" katanya sambil memeluk abahnya ingin bermanja
seperti biasa.
Si ayah yang hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari
pohon bunga raya di depannya, terus dipukulkannya berkali2 ke telapak
tangan anaknya. Si anak yang tak mengerti apa-apa terlolong-lolong
kesakitan sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah
memukul pula belakang tangan anaknya.Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah
merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan.
Pembantu rumah terbengong, tdk tahu hrs berbuat apa ???
Si bapak cukup rakus memukul-mukul tangan kanan dan kemudian tangan kiri
anaknya.
Setelah si bapak masuk ke rumah dituruti si ibu, pembantu rumah
menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar. Dilihatnya telapak
tangan dan belakang tangan si anak kecil luka2 dan berdarah. Pembantu
rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiram air sambil dia ikut
menangis. Anak kecil itu juga terjerit-jerit menahan kepedihan saat
luka2nya itu terkena air. Si pembantu rumah kemudian menidurkan anak
kecil itu.
Si bapak sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah.
Keesokkan harinya, kedua-dua belah tangan si anak bengkak. Pembantu
rumah mengadu. "Oleskan obat saja!" jawab tuannya, bapak si anak. Pulang
dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan
waktu di kamar pembantu. Si bapak konon mau mengajar anaknya.
Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si
ibu juga begitu tetapi setiap hari bertanya kepada pembantu rumah.
"Ita demam..." jawab pembantunya ringkas.
"Kasih minum panadol," jawab si ibu.
Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat
dilihat anaknya Ita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu
kamar pembantunya.
Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu
badan Ita terlalu panas.
"Sore nanti kita bawa ke klinik. Pukul 5.00 siap" kata majikannya itu.
Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter
mengarahkan ia dirujuk ke hospital kerana keadaannya serius. Setelah
seminggu di rawat inap doktor memanggil bapak dan ibu anak itu.
"Tidak ada pilihan.." katanya yang mengusulkan agar kedua tangan anak
itu dipotong kerana gangren yang terjadi sedah terlalu parah.
"Ia sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya kedua tangannya perlu
dipotong dari siku ke bawah" kata doktor.
Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu.
Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan. Si ibu
meraung merangkul si anak.
Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si bapak
terketar-ketar madandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari
bilik pembedahan, selepas obat bius yang suntikkan habis, si anak
menangis kesakitan. Dia juga heran2 melihat kedua tangannya berbalut
kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu
rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis.
Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata.
"Abah...Mama. ..Ita tidak akan melakukannya lagi. Ita tak mau ayah pukul.
Ita tak mau jahat. Ita sayang abah...sayang mama." katanya berulang kali
membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya.
"Ita juga sayang Kak Narti..." katanya memandang wajah pembantu rumah,
sekaligus membuatkan gadis dari Surabaya itu meraung histeris.
"Abah...kembalikan tangan Ita. Untuk apa ambil...Ita janji tdk akan
mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Ita mau makan nanti? Bagaimana Ita
mau bermain nanti? Ita janji tdk akan mencoret2 mobil lagi," katanya
berulang-ulang. Serasa copot jantung si ibu mendengar kata-kata anaknya.
Meraung2 dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi, tiada manusia
dapat menahannya.
Ingatlah :
* jika tidak dapat apa yang kita suka...belajarlah utk menyukai apa yg
kita dapat.
* Semarah apapun, janganlah bertindak keterlaluan, apalagi kepada anak
yg masih kecil.
Shalom,
~ Elly ~
~~~~~~~~~~~~ ~~~~~~~~~ ~~
http://www.friendst er.com/ellyamote
*) Elly_Tjoa@yahoo. com
dilihat : 775 kali |
| |